bintang

Selasa, 30 Agustus 2011

pusaka tuha

Siwah adalah senjata tajam sejenis dengan rencong yang juga merupakan senjata untuk menyerang. Bentuknya hampir sama dengan rencong, tetapi siwah ukurannya (baik besar maupun panjang) melebihi dari rencong. Siwah sangat langka ditemui, selain harganya mahal, juga merupakan bahagian dari perlengkapan raja-raja atau ulebalang-ulebalang. Namun demikian untuk siwah yang telah diberikan hiasan emas dan permata pada sarung dan gagangnya lebih berfungsi sebagai perhiasan dari pada sebagai senjata.

#Pusaka Tuha Waresan Endatu Geutanyoe

RINDU BUAT IBU

Di matamu terukir seribu pahatan peristiwa

yang tersimpan dalam dada

Tersanjak selaksa kisah

yang menerpa di kaki-kaki yang kian tabah



ibu...

Engkau telah mengerti makna jalan pelangi

ibu ...

Engkau telah paham jurang-jurang kehidupan

dalam keheningan rindu yang membucah sang malam

dalam kepekatan yang di pertandingan oleh sang raja siang-malam

ku ucap kata rindu

ini anakmu yang akan pulang nanti saat tak ada lagi kelabu

Senin, 29 Agustus 2011

ACEH :) SANG MEMBARA

Aceh kayaknya nggak pernah sepi dari konflik. Tanah Rencong ini benar-benar subur banget dengan pergolakan. Nggak percaya? Sejak kamu bisa melek, mungkin cerita yang disodorkan tentang Aceh adalah kekerasan. Sangat boleh jadi, kisah tentang kampung halamannya Tjut Nyak Dien ini adalah sebuah pergolakan, yang tentunya pula dibumbui dengan adegan berdarah-darah. Yup, Aceh memang bersimbah darah.
Sobat muda muslim, kita pengen ngajak kamu berpikir politis dalam kasus ini. Tapi bukan berarti kudu terjun ke dunia politik praktis ya? Kita sekadar ngajak kamu berpikir politis. Anak muda kudu hebat dong dalam masalah ini. Supaya nggak identik terus dengan urusan hura-hura dan miskin idealisme. Inilah saatnya membangun imej baru tentang kiprah remaja Islam euy! Remaja pun kudu ngeh politik. Oke?
Oke deh, sekadar tahu aja bahwa pergolakan Aceh belakangan ini, kian menjadi-jadi setelah GAM diproklamirkan pada 4 Desember 1976. Gerakan Aceh Merdeka ini getol banget merongrong kedaulatan NKRI. Sejak berdirinya sampe sekarang, telah bikin pusing pemerintah negeri ini. Kalo dulu GAM berniat ngomporin rakyat Aceh untuk hengkang dari Indonesia dan menerapkan aturan sendiri berdasarkan Islam, kini tujuan GAM yang paling kentara adalah memisahkan diri, tanpa embel-embel menerapkan syariat Islam. Emang sih, kudu diakui bahwa GAM udah terpecah ke dalam beberapa kelompok. Celakanya, GAM yang pro-Syariat Islam pimpinan Daud Beureueh sudah mati muda. Mereka kalah bersaing dengan GAM versi Hasan Tiro yang lebih primordialisme (baca: semangat kesukuan). Inilah yang sekarang memainkan peran besar di Aceh.
Untuk menumpas GAM, pemerintah orba yang dikomandani Pak Harto menyatakan Aceh sebagai DOM alias Daerah Operasi Militer. Karuan aja, ini ikut memperburuk situasi Aceh, khususnya rakyat Aceh yang mungkin masih kebingungan. Dalam situasi seperti itu, pihak ketiga (baca: pihak asing yang berlindung di balik berbagai LSM) gemar juga memancing di air keruh. Hasilnya, sentimen rakyat Aceh terbakar dan mereka juga ikut-ikutan ingin memerdekakan diri dari negeri ini. Gawat!
Nah, karena situasinya makin menjadi-jadi dengan beragamnya visi rakyat Aceh dalam memandang persoalan ini; ada yang masih pro-Syariat Islam, juga ada yang masih betah dengan semangat kesukuan, akhirnya diambil jalan tengah oleh pemerintah. Yup, didirikanlah NAD, Nangroe Aceh Darussalam pada tahun 2000. Tapi ini nggak memupus semangat GAM versi Hasan Tiro, yang secara politis bertujuan untuk melepaskan diri dari Indonesia. Buktinya, juru bicara GAM di luar negeri yang bermarkas di Swedia, Bachtiar Abdullah, menyatakan bahwa otonomi khusus hanyalah merupakan basis negosiasi, tetapi tidak mengikis harapan untuk merdeka (Media Indonesia, 23/8/2002) Nah lho, ternyata memang perjuangan GAM itu nggak identik lagi dengan semangat Islam.
Itu sebabnya, meski udah dikasih hak otonom, GAM tetap bikin masalah. Perundingan demi perundingan dengan pemerintah RI terus digelar. Tapi rupanya perundingan hanya mengulur waktu bagi GAM untuk menyiapkan amunisi baru. Pertempuran pun kerap terjadi. Emang sih, dalam kondisi seperti itu kita sulit menentukan siapa yang mulai; GAM atau justru TNI? Yang jelas, masa depan Aceh kian tak pasti.
Nah, rupanya pemerintah RI udah habis kesabarannya dalam perang dingin dengan GAM ini, maka digelarlah operasi militer di propinsi paling Barat negeri ini. Pada minggu malam 18 Mei lalu, Presiden mengeluarkan Keppres nomor 28 tahun 2003 yang menyatakan bahwa seluruh Propinsi Nangroe Aceh dalam keadaan bahaya dengan tingkatan darurat militer. Keppres tersebut berlaku efektif sejak pukul 00.00 WIB tanggal 19 Mei 2003; berlaku selama enam bulan dan dapat diperpanjang. Keppres tersebut menandai dimulainya operasi terpadu. ‘Terpaksa’ deh dikeluarkan menyusul gagalnya pertemuan antara Pemerintah dan GAM dengan mediator Henry Dunant Centre (HDC) dan negara-negara donor (AS, Uni Eropa, Jepang, dan Bank Dunia) di Tokyo, Jepang.
Sobat muda muslim, persoalan Aceh adalah persoalan kaum muslimin seluruh dunia. Ya, seperti halnya Palestina, Afghanistan, Irak, Kashmir, dan yang lainnya. Why? Karena tanah ini adalah bagian dari kawasan kaum muslimin yang tidak boleh jatuh sedikit pun ke dalam pelukan penjajah. Itu sebabnya, keterlibatan pihak asing dalam kasus ini harus dicegah.
Mengapa kudu dicegah? Sebab, intervensi asing berarti alarm tanda bahaya. Jangan kaget, sebab mereka emang doyan ngacak-ngacak keutuhan sebuah negara. Catet itu…
Sekilas sejarah Islam di Aceh
Sobat muda muslim, secara historis masuknya Islam ke Indonesia, khususnya via Aceh beragam banget versinya. But, ada pendapat yang tergolong 'radikal', menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia melalui Aceh sejak abad pertama hijriah, berarti telah ada sejak abad 7 atau 8 masehi. Bahkan dalam naskah tua berjudul Idharul Haq tulisan Ibnu Ishak al-Makarany, disebutkan Islam masuk ke Indonesia tahun 173 H.
Sebagi tambahan, kamu bisa cek dalam website resmi milik pemerintah daerah Aceh, www.bandaaceh.go.id, di situ dipaparkan sedikit tentang Aceh. Disebutkan bahwa, Islam masuk ke Indonesia pada akhir abad pertama hijriah dipantai-pantai Tanah Aceh sepanjang Selat Malaka yang dibawa oleh para pedagang Arab dan Persia dalam perjalanan niaga menuju ke Timur Jauh dan singgah di Tanah Aceh untuk berniaga serta memperbaiki kapal mereka.
Pada akhir abad kedua hijriah, barulah Islam secara terang-terangan di syiarkan oleh para pendakwah yang bertolak dari Teluk Persia menyinggahi Teluk Kambey (India sekarang) dan mendarat di Bandar Perlak tahun 173 hijriah. Tahun 225 H tepatnya pada hari Selasa tanggal 1 Muharram 225 H diproklamirkan Kerajaan Islam Perlak sebagai Kerajaan Islam Pertama di Asia Tenggara dengan raja pertamanya Sultan Alaidin Saiyid Maulana Abdul Aziz Syah.
Setelah Kerajaan Islam Peureulak, barulah berdiri Kerajaan Islam Samudera Pase, Kerajaan Aceh Darussalam dan Kerajaan-kerajaan Islam lainnya di seluruh Indonesia dan Asia Tenggara.
Dari penemuan batu-batu nisan di Kampung Pande salah satu dari batu nisan tersebut terdapat batu nisan Sultan Firman Syah cucu dari Sultan Johan Syah, maka terungkaplah keterangan bahwa Banda Aceh adalah ibukota Kerajaan Aceh Darussalam yang dibangun pada hari Jum'at, tanggal 1 Ramadhan 601 H ( 22 April 1205 M) yang dibangun oleh Sultan Johan Syah setelah berhasil menaklukkan Kerajaan Hindu/Budha Indra Purba dengan ibukotanya Bandar Lamuri.
Yup, ekspansi besar-besaran yang dilakukan Khilafah Islamiyah ternyata mampu menembus kawasan paling barat negeri ini, sekarang bermana Aceh. Emang sih, dalam naskah-naskah kuno disebutkan kerajaan Aceh, padahal yang dimaksud adalah kesultanan. Bukan kerajaan. Beda lho. Maklum, pemahaman tentang pemerintahan saat itu di benak rakyat Indonesia adalah kerajaan. Karena sistem kerajaan udah ada sebelum Islam datang.
Pengaruh Islam yang begitu kuat telah membuat rakyat negeri ini mengenal konsep Islam politik. Ulama sekelas Ibnu Battuta pun pernah mengunjungi negeri yang dijuluki Serambi Mekah ini. Samudra Pasai dan Perlak menjadi bagian terpenting dalam penerapan syariat Islam di bumi Nusantara. Paling nggak ada bukti-bukti historis yang menunjukkan bahwa Islam mewarnai kehidupan masyarakat ketika Samudra Pasai dan Perlak berdiri.
Menurut Prof. Ali Hasymi dalam bukunya "Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia" (hlm. 149), menuliskan bahwa mata uang asli tertua di kepulauan Nusantara--digunakan Kerajaan Samudra Pasai—menggunakan logam emas, perak, dan timah. Satuan dirham digunakan untuk emas, kupang (perak), dan keuh (timah). Ini adalah bukti pengaruh Khilafah Islamiyah yang menjadikan emas dan perak sebagai alat tukar dalam jual-beli.
Sobat muda muslim, sejarah terus menggelinding. Perkembangan berikutnya, mulai abad ke-13, Islam atau paling nggak Kesultanan Islam Aceh mulai mengembangkan wilayah pemerintahan Islamnya ke daerah Aru, Bengkulu, Pariaman, Malaka, Johor, Kedah, Pahang dan Perak. Bahkan di bidang hukum pun telah terbukti Islam menjadi bagian yang mewarnai Kerajaan Melayu Malaka. Liaw Yok Fang, menuliskan dalam bukunya "Undang-undang Malaka", KITLV, Leiden 1976 bahwa ada hukum Qanun Malaka, di sini terbukti bahwa hukum-hukum Islam dipergunakan dalam Kerajaan Melayu Malaka. Di bidang politik, Ibnu Battuta mendapati bahwa Samudra Pasai sebagai kesultanan Islam pertama yang berdiri di dunia melayu, telah mempunyai hubungan luar negeri.
Hukum Islam, terbukti telah menjadi pilihan pemerintahan kerajaan-kerajaan Nusantara untuk diterapkan. Namun ketika era itu surut, maka lemahlah kekuatan kaum muslimin. Menurut sejarawan Ahmad Mansyur Suryanegara dalam bukunya "Menemukan Sejarah", ketika kekuatan politik Islam di Indonesia runtuh, para Sultan dipaksa Belanda untuk melepas simbol kesultanannya sekaligus meninggalkan syariat Islam. Menyedihkan!
Selamatkan Aceh!
Sobat muda muslim, cara inilah yang kudu kita lakukan. Bukan apa-apa, Aceh adalah bagian dari tanah kaum muslimin. Sebab, gimana pun juga, Indonesia adalah negeri kaum muslimin. Dan satu pun wilayah negeri kaum muslimin di dunia ini tak boleh jatuh ke tangan kaum penjajah. Itu sebabnya, pemerintah wajib menumpas seluruh gerakan separatisme yang memang didanai besar oleh negeri-negeri Eropa dan juga Amerika. Dan itulah musuh Islam yang sesungguhnya. Cuma mereka berlindung di tubuh GAM, OPM (yang menuntut kemerdekaan bagi Papua), juga RMS yang memiliki link langsung ke negerinya Ruud van Nistelrooy terus merongrong kedaulatan negeri ini. Payahnya, pemerintah Indonesia lambat banget ngasih respon. Hasilnya, gerakan separatis itu keburu beranak-pinak dan kian menggelembungkan kekuatannya. Nah lho.
Jadi, jalan untuk menyelamatkan Aceh adalah menumpas seluruh gerakan yang menginginkan Aceh terpisah. Penjajah memang begitu. Hobinya bikin ulah. Catatan sejarah, negara-negara Barat, khususnya Inggris dan AS, sering berada di balik aksi separatisme. Ambil contoh, Amerikalah yang ada di balik munculnya separatis Kristen di Sudan; AS juga menyokong separatis Kurdi di Irak. Dalam kasus PRRI/Permesta, tertangkap salah satu pilot Amerika. Sejarah juga mencatat bahwa Inggrislah yang paling kenceng dalam mengacak-ngacak negeri-negeri Arab yang bergabung di bawah kesatuan Khilafah Utsmaniyah di Turki.
Itu sebabnya, untuk menyelamatkan Aceh pun jangan mengikutsertakan mereka. Bahaya! Allah Swt. berfirman: Allah sekali-kali tidak akan memberikan jalan kepada orang-orang kafir untuk menguasai kaum Mukmin. (QS an-Nisa’ [4]: 141)
Sobat muda muslim, Allah juga mengharamkan menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong kaum muslimin. Allah berfirman: Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan orang-orang kafir sebagai penolong dengan meninggalkan orang-orang Mukmin. Inginkah kalian mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksa kalian). (QS an-Nisa’ [4]: 144)
Oke deh, Aceh kini membara. Tapi, moga-moga saja menjadi bara yang terakhir. Setelah itu, nggak ada lagi pergolakan. Pengen aman lagi? Terapkan syariat Islam di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Insya Allah kejayaan Islam akan kembali kita raih. Percayalah dan tetep semangat. Allahu Akbar! ?
 

Kamis, 25 Agustus 2011

Harus melupakan ...


Tak ku sangka

deting waktu begitu kejam

memaksa melupakan debir ombak yang kian menghilang di telan gemuruh belakangan

melupakan tanah yang dulunya aku berlari di atas cadas-cadas yang melukai kaki kecilku



Tak kusangka

Dunia demikian kejam

menyuruhku melupakan negri yang pernah ku singahi





Mengapa harus melupakan?

semua deting-deting yang telah terjadi ?

mengapa ?

apakah bola dunia akan berhenti berotasi?

serba-serbi opini


Opini
Jalan tikus menuju antrean kekuasaan
Oleh Nita juniarti

 saat ini, puluhan pasangan calon yang telah mengajukan diri menjadi pemimpin setiap daerah. Konon, bulan mendatang akan di laksanakannya pilkada dan pemilihan bupati. Bukan rahasia jika ada yang telah menjadi pejabat ada yang mencoba peruntungan di pemilu mendatang, istilahnya sih 'mana tau terpilih lagi'. Jika mencontoh negara maju seperti Amerika serikat, menjadi presiden saja mereka enggan dua kali apalagi pejabat-pejabat di tingkat dua istilahnya sih "gak banget, masih ada kesempatan orang lain". Padahal prilaku masa lalu saat mereka menjabat tidak etis merupakan pelajaran pahit yang harus selalu di ingat. Tentu saja setiap media telah merekam apa saja jalan "tikus" yang mereka gunakan untuk mengalahkan lawan-lawan politiknya hingga mereka menjabat. Yang di maksud jalan "tikus" di sini adalah jalan pintas menuju antrean kekuasaan, karena bukan satu dua orang yang mencalonkan diri menjadi pejabat tinggi negeri ini namun ada beberapa calon, yang tentu saja siapa yang lebih lincah mengambil perhatian masyarakat awam dengan "uang receh" saja bisa menjadi gebernur,bupati dan sebagainya. Banyaknya orang yang ingin menjabat dan banyaknya calon yang mendaftar tidak

menutup kemungkinan banyaknya jalan "tikus" yang mereka gunakan guna menuntaskan antrean panjang lawan-lawan politik mereka.


Kata-kata saja tak cukup


  Saat kampanye begitu banyak para calon pemimpin kita mengubar "janji manis" yang sepertinya hanya terucap lewat kata-kata saja yang sering kali saat mereka menjabat, janji tersebut seolah tak pernah ada. Begitu banyak yang mengatakan bahwa dengan menjadi wakil pejabat bisa di lakukan pengabdian kepada masyarakat luas padahal terkadang kata-kata itu hanya jalan "tikus" untuk mengelabui para rakyat awam yang tidak mengetahui bagaimana sebenarnya pemimpin yang akan membagun Negeri ini. Bukan sekedar kata-kata melakukan pengabdian yang berupa usaha untuk menuntaskan problematika dalam kehidupan rakyat yang akan di pimpinnya nanti setelah dia terpilih.


Orang yang tidak mengunakan jalan "tikus" dibutuhkan untuk membangun Aceh

 Aceh merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang kaya akan sumberdaa alam, namun miskin dengan sumber daya manusia, hal ini merupakan tugas dari para pemimpin yang akan menjabat di masa akan datang karena untuk membangun Aceh di butuhkan orang-orang yang berjiwa sehat yang menganggap bahwa setiap orang Aceh berhak

Mendapatkan kelayakan hidup, jika memang dia pinter di pekerjakan pada instansi untuk kesejahteraan kehidupan bermasyarakat. Sehingga tidak ada suatu daerah lebih maju dari pada daerah yang lain, maksudnya setiap wilayah menerima kesejahteraan sosial yang merata.
Kita berharap, semua yang menjadi pejabat di Aceh adalah orang-orang yang benar-benar murni yang tidak menggunakan 'jalan tikus' menuju kekuasaan yang di impikannya, orang yang akan menjabat tersebut adalah orang yang berwatak pengabdian pada masyarakat. Dengan demikina besar harapan yang akan menjabat adalah orang yang mmpu meningkatkan kualitas pembangunan,pendidikan,kesehatan sekaligus pemberdayaan tenaga kerja manusia profesional di bidangnya serta menggunakan cara-cara yang baik bukan dengan jalan kelicikan hayauntuk medaptkan sebuah kursi yang akhirnya bukan menimbulkan kesejahteraan malah kebencian dari masyakat saat dia selesai menjabat.Kita harap masyarakat sendiripun bisa bijak memilih pemimpin yang akan memimpin Aceh dalam 5 tahun yang akan datang.

a

Kamis, 18 Agustus 2011

islam di aceh

Aceh terletak di ujung pulau sumatera Indonesia, tahun 2010 penduduk Aceh berkisar 3.8 juta jiwa. masyarakatnya kebanyakan muslim bahkan hampir 100%. orang Aceh dikenal sanagt Agamis, fanatiknya terhadap agama sangat luar biasa. hingga terkadang lahir seloroh "biar tak sembahnyang yang pentin agamanya Islam, KTPnya Islam. sejarah masuknya agama Islam ke Aceh diperkiran semenjak abad ke 3 Hijriah atau sekitar abab 10 masehi. dimana sebagian para peniaga dari negara Arab, India datang ke Aceh untuk berniaga. mungkin karena budinya baik, pekertinya luhur sehingga orang Aceh mengambilnya sebagai sebuah kemajuan perdaban. mungki juga Indonesia Begitu. hanya saja sedikit bercampur dengan agama hindu. jika dilihat dari kesukuan Aceh termasuk suku melayu raya.sama seperti kebanyakan penduduk Indonesia pada umumnya.akan tetapi Aceh memiliki bahasanya sendiri yang sebahgian besarnya di ambil dari bahasa Melayu. ini bisa terlihat dalam berbagai penuturan orang Aceh.

Minggu, 07 Agustus 2011

Kerajaan Islam

Islam sebagai sebuah pemerintahan hadir di Indonesia sekitar abad ke-12, namun sebenarnya Islam sudah sudah masuk ke Indonesia pada abad 7 Masehi. Saat itu sudah ada jalur pelayaran yang ramai dan bersifat internasional melalui Selat Malaka yang menghubungkan Dinasti Tang di Cina, Sriwijaya di Asia Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat sejak abad 7.[4]
Menurut sumber-sumber Cina menjelang akhir perempatan ketiga abad 7, seorang pedagang Arab menjadi pemimpin pemukiman Arab muslim di pesisir pantai Sumatera. Islam pun memberikan pengaruh kepada institusi politik yang ada. Hal ini nampak pada Tahun 100 H (718 M) Raja Sriwijaya Jambi yang bernama Srindravarman mengirim surat kepada Khalifah Umar bin Abdul Aziz dari Kekhalifahan Bani Umayyah meminta dikirimkan da'i yang bisa menjelaskan Islam kepadanya. Surat itu berbunyi: “Dari Raja di Raja yang adalah keturunan seribu raja, yang isterinya juga cucu seribu raja, yang di dalam kandang binatangnya terdapat seribu gajah, yang di wilayahnya terdapat dua sungai yang mengairi pohon gaharu, bumbu-bumbu wewangian, pala dan kapur barus yang semerbak wanginya hingga menjangkau jarak 12 mil, kepada Raja Arab yang tidak menyekutukan tuhan-tuhan lain dengan Allah. Saya telah mengirimkan kepada anda hadiah, yang sebenarnya merupakan hadiah yang tak begitu banyak, tetapi sekedar tanda persahabatan. Saya ingin Anda mengirimkan kepada saya seseorang yang dapat mengajarkan Islam kepada saya dan menjelaskan kepada saya tentang hukum-hukumnya.” Dua tahun kemudian, yakni tahun 720 M, Raja Srindravarman, yang semula Hindu, masuk Islam. Sriwijaya Jambi pun dikenal dengan nama 'Sribuza Islam'. Sayang, pada tahun 730 M Sriwijaya Jambi ditawan oleh Sriwijaya Palembang yang masih menganut Budha.[5]
Islam terus mengokoh menjadi institusi politik yang mengemban Islam. Misalnya, sebuah kesultanan Islam bernama Kesultanan Peureulak didirikan pada 1 Muharram 225 H atau 12 November 839 M. Contoh lain adalah Kerajaan Ternate. Islam masuk ke kerajaan di kepulauan Maluku ini tahun 1440. Rajanya seorang Muslim bernama Bayanullah.
Kesultanan Islam kemudian semikin menyebarkan ajaran-ajarannya ke penduduk dan melalui pembauran, menggantikan Hindu sebagai kepercayaan utama pada akhir abad ke-16 di Jawa dan Sumatera. Hanya Bali yang tetap mempertahankan mayoritas Hindu. Di kepulauan-kepulauan di timur, rohaniawan-rohaniawan Kristen dan Islam diketahui sudah aktif pada abad ke-16 dan 17, dan saat ini ada mayoritas yang besar dari kedua agama di kepulauan-kepulauan tersebut.
Penyebaran Islam dilakukan melalui hubungan perdagangan di luar Nusantara; hal ini, karena para penyebar dakwah atau mubaligh merupakan utusan dari pemerintahan Islam yang datang dari luar Indonesia, maka untuk menghidupi diri dan keluarga mereka, para mubaligh ini bekerja melalui cara berdagang, para mubaligh inipun menyebarkan Islam kepada para pedagang dari penduduk asli, hingga para pedagang ini memeluk Islam dan meyebarkan pula ke penduduk lainnya, karena umumnya pedagang dan ahli kerajaan lah yang pertama mengadopsi agama baru tersebut. Kerajaan Islam penting termasuk di antaranya: Kerajaan Samudera Pasai, Kesultanan Banten yang menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara Eropa, Kerajaan Mataram, Kerajaan Iha, Kesultanan Ternate dan Kesultanan Tidore di Maluku.

Jumat, 05 Agustus 2011

bahasa aceh


"Tiëp-tiëp ka Neupeuëlahé bansa uléh Allah, maka Neupeuna tjit basa dan nanggroë
keu bansa njan, supaja bèk meuteuëng bajeuëng hudép di ateuëh bumoë."
Lagèë njang ka geutanjoê teupeuë bahwa basa Atjèh hana meuakhé deungon 'an', lagèë basa meulaju.
 Basa At...jèh kon me-asai nibak basa daèrah dan kon tjit nibak basa sukèë , lagèë njang ka dji-peu-ubiët-ubiët lé Indônèsia-Djawa.
 Meunjoë ta tilék nibak peureudèë djih, basa Atjèh saban neuduëk deungon basa dônja, lagèë basa inggréh, basa Beulanda, basa Peurantjih, basa Denmak, basa Swéden, basa Djeureuman, basa Norwé dan laén-laén nanggroë lom.
Meunjoë basa Atjèh na haraih-haraih laén lagèë njang ka geutanjoë teupeuë, maka beutateupeuë tjit nanggroë raja-raja lam dônja pih na dji ngui haraih-haraih njang meulaén lagèë geutanjoë Atjèh ngui.
Miseuëdjih basa Norwé na djingui teunamah haraih-haraih hudép (Æ, Ø, Å) tjintodjih: lærer (gurèë), ØST (timu), SPRÅK (basa) "uten språk ikke noen liv" (meunjoë hana basa sidroë-droë ureuëng handjeuët dji-meu-hudép).
 Meunan tjit basa Djeureuman na haraih-haraih teunamah (Ä, Ãœ,Ö) "Die schönsten Träume von Freiheit werden im Kerken geuträumt" ("tjita-tjita njang that lambông teuka di dalam glap njang seupôt lam tanôh"). "Freiheit geht über Sillber und Gold" (meudéhka njan leubèh nibak pirak dan meuëh).
Dalam nanggroë geutanjoë na meulaén-laén bak peukara mariët , saban tjit miseudjih di Norwé, laén teumpat laén loghat (dialect), meutapi dalam peukara teumuléh saban ban saboh Norwé njan.
  Meunan tjit geutanjoë Atjèh, meunjoë di wilajah Pidië neu-mariët "peuë", di wilajah Pasè neu-mariët "puw" , di Atjèh Rajek blah roët barat neu-mariët "peu".
Di pasèë meunurôt loghat Pasè, di Peureulak, Meulabôh, Singkél, Blang Pidië, Bakongan meunurôt lakap nanggroë njan maséng-maséng. Na tjit saboh nariët laén meukeusud, lagèë miseuëdjih di Atjèh Rajek makna "barôh" geumeukeusud di mijub, di wilajah laén geubôh makna laén lom.
Beu ta-ingat !
Tiëp-tiëp saboh bansa meunjoë ka teuwo keu basa droë djih, maka akan teuwo keu seudjarah droë djih, gadoh meuneumat, gadoh lampôh djeurat êndatu, gadoh naggroë dan akan gadoh sigala-gala djih keu geuneurasi uroë njoë dan masa ukeuë.
Di mijub njoë nakeuëh tjinto tjara teumuléh basa Atjèh njang ka neususôn keulai meunurôt International phonetic system.

Abdjat basa Atjèh deungon haraih latén
Haraih-haraih hudép:

 1) a - mata, gata, raba, bala, kala, buta, saba, laba, sangka, bara,dada

 2) i - ikat, iman, ilham, iseuëng, iléh, Iran, Islam, inseuëh, inong
 3) u - ulat, utak, utok, ugoh, ukeng, urat, ulim, ureuëng, useuëng, uram, upah, ulah, ubat
 4) e - le, tahe, beh, beuhe, tet, bet naleuëng, tjet ngon reunong
 5) é - ék,kéh, pék-pék kuwéh, gréh-gréh, tjirét, bukét, sakét, maté, apét
 6) è - èk, hèk, pèh-pèh, meugrèk-grèk, kèh-kèh, prèk-prèk, pakèh, salèh
 8) èë - watèë, palèë, kajèë, brithèë, dilèë, lakèë, angkèë, asèë, malèë
 9) eu - peuta, teumpat, leumeh, leumah, reubah, teulat, seumah, teulah
10) euë - kareuëh, limeuëh, kikeuëh, kireuëh, lheuëh, bibeuëh, aweuëh
11) `ië - `iëk, pr`iëk, su meu-br`iëk-br`iëk, leum`iëk
12) O - kom, prom, hantom, lom-lom, balum soh, Po teuh Allah
13) Ô - ulôn, phôn, thôn, ôn, bôn, kôm, djarôm, boh rôm-rôm, kawôm
14) `O - soê teu`oh peulaku ?, hana me`oh sa`oh lé, `oh no keuëh dilèë
15) `Ô - soë teu`ôh peukara njan bak gata ?
16) Oë - rugoë, gantoë, pudjoë, sagoë, paloë, sidroe, badjoë, taloë, uroë
17) uë - kuëh, puëh, aluë, suë teubèë, karuë, bruë, ka rabuë, lhuë
18) ui - reului, phui, ngui, meusui-sui, meutui, bui, boh seutui, krui

   Haraih maté njang meusambông

 1) sj - sjarat, meusjén that keu gata, sjèëdara, Sjèh Lah Geunta

 2) dj - djalan, djih, djameuën, djareuëng, djangka, Djawa, djeumala
 3) tj - tjara, tjangklak, tji, tjok, tjakra, tjapiëk, tjinuët, tjiriëk, tjantôi
 4) ph - pha, phak, phong, phôk, phang-phô, phét, pheuët
 5) ng - ngon, ngiëng, ngui, meu-ngèng-ngèng di luwa keulumbu, ngeuët
 6) bh - bhaih, bhôi, bhôm, bhan dalam, bh`oh su leumoë
 7) lh - lheuëh, lhat, lhop, lhih, lhôh, lhoh, lhap, lhet naleuëng
 8) dh - dhoë, dhet, dhiët, meu-dhap-dhap
 9) th - thô, that, bèk ka thôk-thôk, bèk ka tham-tham
10) nj - njang, nja k him, njoë, njan, njum
11) kh - kha, ukheuë, meu-khèp-khèp, saboh khong, khôp, djakhap
12) rh - rhuëng, rhak, rhup, rhuëp, rhap, rhet ateuëh bak kajèë, rhang

SEJARAH LAMNO DJAYA DAN PENDUDUK MATA BIRU


HAMPARAN pasir putih membentang luas sepanjang pantai Uj.Suedeun. Riak ombak dan hembusan angin yang mengayunkan pohon kelapa, memecahkan kesunyian kawasan teluk di kaki gunung Geurutee itu. Lamno, sebuah kota kecil di Kabupaten Aceh Jaya.

Berjarak sekitar 75 KM dari Banda Aceh, Lamno menyimpan sejuta sejarah. Sejak dahulu, Lamno terkenal sebagai kawasan asal gadis berkulit putih, bermata biru, berambut pirang mirip bangsa Eropa. Mereka dipercaya merupakan keturunan prajurit Portugis yang terdampar di kerajaaan daya di abad ke-15 silam.

Sejarah mencatat, sekitar tahun 1492-1 511, kapal perang Portugis pimpinan Kapten Pinto yang kalah perang dengan Belanda di Selat Melaka, mengalami kerusakan saat berlayar dari Singapura. Kapal ini terdampar di pantai Kerajaan Daya. Raja Daya tak ingin membiarkan kapal itu lari dan mendarat tanpa izin di Kuala Daya. Laskar Rimueng Daya menghujam tembakan ke kapal itu dengan meriam besar hingga tenggelam.

Semua awak kapal dan tentara Portugis akhirnya menyerah dan meminta perlindungan. Sambil menunggu bala bantuan armada kapal dari negerinya menjemput mereka, pasukan Portugis menjadi tawanan. Awak kapal dikarantina dalam satu kawasan berpagar tinggi.

Hari demi hari mereka terus menunggu pertolongan. Tapi bantuan tak kunjung datang. Mereka pun menyerah pada Raja Daya. Raja Daya yang terkenal arif itu membebaskan mereka tanpa syarat harus menjadi budak.

Tentara Portugis itu kemudian berbaur dengan penduduk Lamno. Mereka diajarkan bertani, berbahasa, dan diperkenalkan adat istiadat dan budaya masyarakat Aceh. Para mantan tawanan perang itu kemudian juga dibolehkan untuk mempersunting gadis pribumi, tentu setelah memeluk islam.

Menurut versi lain asal-usul "orang putih" di Lamno, mereka bukan terdampar, melainkan sengaja datang berdagang dengan penduduk Negeri Daya. Mereka membawa pelbagai barang berharga, mulai dari porselen hingga senjata dan mesiu. Balik ke negerinya, mereka mengangkut rempah-rempah dan berbagai hasil bumi. Kala itu Daya merupakan bandar dagang yang ramai di Aceh. Para saudagar berdatangan dari India, Arab, Cina, dan Eropa tentu saja.

Hubungan baik antara Raja Daya dan para saudagar berkulit putih, yang tersiar sampai jauh, membuat gusar Raja Kerajaan Lamuri di Banda Aceh, Ali Mugayat Syah. Ali, yang ingin Pahlawan Syah memutuskan hubungan dengan pedagang Portugis, yang menurut dia kafir, lalu menyerang dan menguasai Daya.

Dialah yang kemudian menawan "orang-orang putih" itu di Meunanga. Dua tahun kemudian, Ali menguasai dua kerajaan lain: Pase dan Pedir (Pidie), lalu mendirikan Kerajaan Aceh Darussalam dan mengangkat dirinya sebagai raja yang pertama (1511-1530).

Melihat lokasi Lamno yang tak terlalu jauh dari jalur dagang Portugis—Atlantis, Selat Malaka, Pasifik—cerita tentang Daya sebagai pelabuhan dagang nan ramai di Aceh cukup masuk akal. Tempat itu mudah ditemukan.

Marco Polo melakukan itu pada 1292 dalam pelayarannya dari Cina menuju Persia, seperti bisa disimak dalam bukunya, Far East. Antara lain, Marco Polo mengatakan pernah berlabuh di enam bandar di sebelah utara Sumatera, termasuk Ferlec, Samudera, dan Lambri atawa Lamuri.

Catatan lebih tua bahkan menyebut perdagangan global di Aceh telah dimulai sejak abad ke-6 M. Para pedagang Cina, misalnya, meninggalkan catatan-catatan tentang sebuah kerajaan di bagian utara Sumatera, yang mereka beri nama Po-Li. Wilayah ini juga disebut-sebut dalam catatan kuno yang ditemukan di India, berasal dari awal abad ke-9 M.

Perdagangan di bandar-bandar Aceh bertambah maju setelah Portugis mengalahkan Malaka pada 1511, bersamaan dengan berdirinya Kerajaan Aceh Darussalam. Takut pada Portugis, para pedagang dari Asia dan Arab mulai menghindari Selat Malaka dan beralih ke pelabuhan-pelabuhan di Aceh.

Sejak itu, dominasi Aceh dalam perdagangan dan politik di wilayah itu menguat, dan mencapai puncaknya antara 1610 dan 1640. Karena hidup dalam komunitas terbatas selama beratus-ratus tahun, darah Portugis masih mengalir dalam diri sebagian masyarakat Lamno, terutama yang menetap di Kuala Daya dan Lambeuso serta Ujong Muloh.

Selain identik sebagai daerah asal gadis bermata biru, Lamno juga dikenal sebagai negeri para raja. Tokoh yang sering disebut misalnya Poeteumerom. Bernama lengkap Sultan Alaidin Ri’ayatsyah, dia lah yang membawa Islam menyebar ke kawasan itu.

Safrizal Tsabit (pak jal), pemerhati budaya di Lamno mengatakan, Poe temeureuhom berasal dari kerajaan Samudra Pasai. Bersama rombongannya, dia mulai melakukan perjalanan mulai dari Desa Mareu mengikuti arah hulu sungai dan kemudian menyisir kawasan pesisir pantai. “Rombongan kemudian berhasil menaklukkan raja-raja kecil disepanjang aliran sungai,” katanya.

Di kawasan itu, awalnya terdapat kerajaan meliputi kerajaan Lamno, Keuluang Daya, Kuala Unga dan Kuala Daya. Setelah berhasil menaklukkan kerajaan-kerajaan kecil itu, Poe teumeureuhom tak langsung membubarkannya. Namun Wilayah yang ditaklukinya diberikan hak otonomi dan tunduk dalam Kerajaan Daya atau yang dikenal dengan Meureuhom Daya.

Sebagai bentuk terimakasih rakyat kepada sang raja, digelar lah upacara Peumeunap dan Sumeuleueng. Dalam upacara itu raja disuapi nasi yang berasal dari hasil panen terbaik. Upacara penabalan raja ini kemudian dikenang dan dilangsungkan sampai sekarang setiap tanggal 10 Zulhijjah atau pada hari raya kurban.

Sejarah juga mencatat sepeninggal Poteumeureuhom kondisi Kerajaan Daya sedikit goyah. Kerajaan daya yang kemudian juga tunduk pada kerajaan Aceh Darussalam, harus bertahan melawan portugis yang ingin menguasai seluruh wilayah.

Pada 1511-1530 saat pergantian pucuk pimpinan di Kerajaan Aceh Darussalam dari Sulthan Syansu Syah kepada puteranya Sulthan Ali Mughayat Syah, perang Aceh dan portugis memuncak.

Raja Mughayat Syah, terpaksa mengutus adiknya Raja Ibrahim memimpin perang di perairan Arun untuk membendung Portugis masuk menguasai pesisir Timur Aceh. Namun naas, Raja Muda itu tewas di Arun.

Untuk menggantikan pimpinan armada Aceh di Arun, Sulthan Ali Mughayat Syah mengirim menantu Poteumeureuhom, Raja Unzir yang kala itu memegang tampuk pimpinan Negeri Daya. Sejak itu Negeri Daya tak punya raja lagi. Pucuk pimpinan langsung dileburkan ke kerajaan inti Aceh Darussalam.

Isteri Raja Unzir, Siti Hur kemudian diperintahkan mengurus roda pemerintahan di Kerajaan Daya sekaligus menjadi wakil Raja Aceh disana. Pada Bulan Jamadil Awal Tahun 1526, Raja Unzir pun tewas di Aru.

Pasca Siti Hur mangkat, pemerintah di Negeri Daya mengalami kemunduran. Ini disebabkan karena karena seringkali terjadi perang saudara dan percecokan akibat selisih paham diantara sesama raja yang memperebutkan kekuasaan dan hasil pajak lada. Hal seperti itu terus terjadi dalam kuran waktu hampir dua abad lamanya.

Sekitar 1711 sampai 1735, Sulthan Jamalul Alam Badrul Munir berkuasa di Aceh Darussalam. Pemerintahnya tidak terlalu disukai oleh para petinggi kerajaan yang berpengaruh di Aceh saat itu. Sang raja pun tak memperoleh dukungan kuat di kalangan istana.

Untuk menghilangkan paradigma miring, Jamalul sering melakukan lawatan keluar daerah untuk mendapat simpati dari raja-raja kecil yang merupakan kesatuan terpisah di Kerajaan Aceh Darussalam. Sulthan Jamalul yang bergelar Poteu Jamaloy ini berkeinginan melakukan kunjungan khusus ke Negeri Daya untuk menertibkan situasi kerajaan yang semraut karena perang berebut pajak raja.

Untuk memuluskan lawatannya, Poteu Jamaloy mempelajari tradisi dan adat budaya yang belaku di Negeri Daya. Akhirnya dia berhasil mempertegas kembali ketentuan “neuduek” awal yang pernah diprakarsai oleh Poe teumeureuhom.

Mengenang jasa sang raja, makam Poe teumeureuhom yang berada di perbukitan kecil di pesisir Desa Gle Jong kini dikeramatkan warga. Setiap hari raya Idul Adha, banyak warga mengunjungi makam itu untuk berziarah atau melepas nazar. Berziarah ke makam dipercaya membawa berkah.

Di Lamno, jejak-jejak masa jaya itu kian sulit dilacak. Dulu banyak peninggalan kuno seperti porselen dan mata uang dari berbagai kerajaan dunia ditemukan. Hampir semua peninggalan sejarah itu telah berpindah tangan.

Lamno kini juga tak lagi dikenal sebagai kota penghasil Lada. Hanya biji kopi Arabica Lamno yang masih punya nama. Sekarang pemburu Lada telah berganti dengan para pemburu sarang walet dari gua Teumiga dan gua Keuluang di bibir lembah Geurutee.

Tsunami 2004 silam juga membuat Lamno nan masyur tak lagi berjaya karena jembatan penghubung antar kabupaten di Lambeusoe putus. Sejak enam tahun lalu itu warga terpaksa menggunakan rakit untuk menyebrang, karena jembatan juga belum rampung. (kini sudah bisa di lewati lagi)

Bakat raya itu juga menewaskan 6.000 penduduk Lamno. Gadis bermata biru juga jarang dijumpai. Kini sepotong legenda mata biru dan kerajaan daya pun seperti bersembunyi di bibir lembah Geurutee.... dr silsilah Po Temeureuhom

alat muzik awak aceh



Provinsi Aceh sebagaimana provinsi lainnya di Indonesia merupakan salah daerah yang kaya akan kebudayaan. Sejarah telah membuktikan semenjak adanya kerajaan-kerajaan kecil di masa silam sampai Indonesia memproklamirkan kemerdekaanya hingga dewasa ini Aceh tetap menjunjung tinggi nilai-nilai kebudayaannya bahkan nilai-nilai budaya ini menjadi bagian dari kehidupan masyarakat Aceh.
 
Beberapa jenis alat musik daerah Aceh :

Arbab
Instrumen ini terdiri dari 2 bagian yaitu Arbabnya sendiri (instrumen induknya) dan penggeseknya (stryk stock) dalam bahasa daerah disebut : Go Arab. Instrumen ini memakai bahan : tempurung kelapa, kulit kambing, kayu dan dawai.
Musik Arbab pernah berkembang di daerah Pidie, Aceh Besar dan Aceh Barat. Arbab ini dipertunjukkan pada acara-acara keramaian rakyat, seperti hiburan rakyat, pasar malam dsb. Sekarang ini tidak pernah dijumpai kesenian ini, diperkirakan sudah mulai punah. Terakhir kesenian ini dapat dilihat pada zaman pemerintahan Belanda dan pendudukan Jepang.

Bangsi Alas
Bangsi Alas adalah sejenis isntrumen tiup dari bambu yang dijumpai di daerah Alas, Kabupeten Aceh Tenggara. Secara tradisional pembuatan Bangsi dikaitkan dengan adanya orang meninggal dunia di kampung/desa tempat Bangsi dibuat. Apabila diketahui ada seorang meninggal dunia, Bangsi yang telah siap dibuat sengaja dihanyutkan disungai. Setelah diikuti terus sampai Bangsi tersebut diambil oleh anak-anak, kemudian Bangsi yang telah di ambil anak-anak tadi dirampas lagi oleh pembuatnya dari tangan anak-anak yang mengambilnya. Bangsi inilah nantinya yang akan dipakai sebagai Bangsi yang merdu suaranya. Ada juga Bangsi kepunyaan orang kaya yang sering dibungkus dengan perak atau suasa.
Serune Kalee (Serunai)
Serune Kalee merupakan isntrumen tradisional Aceh yang telah lama berkembang dan dihayati oleh masyarakat Aceh. Musik ini populer di daerah Pidie, Aceh Utara, Aceh Besar dan Aceh Barat. Biasanya alat musik ini dimainkan bersamaan dengan Rapai dan Gendrang pada acara-acara hiburan, tarian, penyambutan tamu kehormatan. Bahan dasar Serune Kalee ini berupa kayu, kuningan dan tembaga. Bentuk menyerupai seruling bambu. Warna dasarnya hitam yang fungsi sebagai pemanis atau penghias musik tradisional Aceh.
Serune Kalee bersama-sama dengan geundrang dan Rapai merupakan suatau perangkatan musik yang dari semenjak jayanya kerajaan Aceh Darussalam sampai sekarang tetap menghiasi/mewarnai kebudayaan tradisional Aceh disektor musik.

Rapai

Rapai terbuat dari bahan dasar berupa kayu dan kulit binatang. Bentuknya seperti rebana dengan warna dasar hitam dan kuning muda. Sejenis instrumen musik pukul (percussi) yang berfungsi pengiring kesenian tradisional.
Rapai Musik
Rapai Pasee

Rapai ini banyak jenisnya : Rapai Pasee (Rapai gantung), Rapai Daboih, Rapai Geurimpheng (rapai macam), Rapai Pulot dan Rapai Anak.

 








Geundrang (Gendang)  
Geundrang
Geundrang merupakan unit instrumen dari perangkatan musik Serune Kalee. Geundrang termasuk jenis alat musik pukul dan memainkannya dengan memukul dengan tangan atau memakai kayu pemukul. Geundrang dijumpai di daerah Aceh Besar dan juga dijumpai di daerah pesisir Aceh seperti Pidie dan Aceh Utara. Fungsi Geundrang nerupakan alat pelengkap tempo dari musik tradisional etnik Aceh.
Tambo
Sejenis tambur yang termasuk alat pukul. Tambo ini dibuat dari bahan Bak Iboh (batang iboh), kulit sapi dan rotan sebagai alat peregang kulit. Tambo ini dimasa lalu berfungsi sebagai alat komunikasi untuk menentukan waktu shalat/sembahyang dan untuk mengumpulkan masyarakat ke Meunasah guna membicarakan masalah-masalah kampung.
Sekarang jarang digunakan (hampir punah) karena fungsinya telah terdesak olah alat teknologi microphone.

Taktok Trieng
Taktok Trieng juga sejenis alat pukul yang terbuat dari bambu. Alat ini dijumpai di daerah kabupaten Pidie, Aceh Besar dan beberapa kabupaten lainnya. Taktok Trieng dikenal ada 2 jenis :
  • Yang dipergunakan di Meunasah (langgar-langgar), dibalai-balai pertemuan dan ditempat-tempat lain yang dipandang wajar untuk diletakkan alat ini.
  • Jenis yang dipergunakan disawah-sawah berfungsi untuk mengusir burung ataupun serangga lain yang mengancam tanaman padi. Jenis ini biasanya diletakkan ditengah sawah dan dihubungkan dengan tali sampai ke dangau (gubuk tempat menunggu padi di sawah).
Bereguh
Bereguh nama sejenis alat tiup terbuat dari tanduk kerbau. Bereguh pada masa silam dijumpai didaerah Aceh Besar, Pidie, Aceh Utara dan terdapat juga dibeberapa tempat di Aceh. Bereguh mempunyai nada yang terbatas, banyakanya nada yang yang dapat dihasilkan Bereguh tergantung dari teknik meniupnya.

Fungsi dari Bereguh hanya sebagai alat komunikasi terutama apabila berada dihutan/berjauhan tempat antara seorang dengan orang lainnya. Sekarang ini Bereguh telah jarang dipergunakan orang, diperkirakan telah mulai punah penggunaannya.
 

Canang

Perkataan Canang dapat diartikan dalam beberapa pengertian. Dari beberapa alat kesenian tradisional Aceh, Canang secara sepintas lalu ditafsirkan sebagai alat musik yang dipukul, terbuat dari kuningan menyerupai gong. Hampir semua daerah di Aceh terdapat alat musik Canang dan memiliki pengertian dan fungsi yang berbeda-beda.

Fungsi Canang secara umum sebagai penggiring tarian-tarian tradisional serta Canang juga sebagai hiburan bagi anak-anak gadis yang sedang berkumpul. Biasanya dimainkan setelah menyelesaikan pekerjaan di sawah ataupun pengisi waktu senggang.


Celempong

Celempong adalah alat kesenian tradisional yang terdapat di daerah Kabupaten Tamiang. Alat ini terdiri dari beberapa potongan kayu dan cara memainkannya disusun diantara kedua kaki pemainnya.

Celempong dimainkan oleh kaum wanita terutama gadis-gadis, tapi sekarang hanya orang tua (wanita) saja yang dapat memainkannnya dengan sempurna. Celempong juga digunakan sebagai iringan tari Inai. Diperkirakan Celempong ini telah berusia lebih dari 100 tahun berada di daerah Tamiang. 

Disusun oleh : De_zier (Dari Pelbagai sumber)

Senin, 01 Agustus 2011

kumpulan

May 26, '09 3:30 AM
untuk semuanya
oleh Karina Anggara

Puisi 1 :
            Seperti Mereka

Jarang tidak makan
Aku sudah biasa
Hidup serba kekurangan
Menjalaninya pun aku rela
Namun, semoga saja tidak tinggal harapan
Semoga Kau kabulkan do’aku, ya Tuhan..
Aku hanya ingin bersekolah seperti mereka
Bisa menuntut ilmu hingga ke negeri Cina
Menjadi orang yang berguna
Tanpa diriku harus menerima cela


Puisi 2 :
               Sosok Istimewa

Tidak hanya pada satu sekolah
Kau bersedia membagi ilmu
Kelakuan para murid kau hadapi tanpa lelah
Begitu besar kesabaran hatimu
Oh, Bapak dan Ibu guru..
Terima kasih atas bekal ilmu yang berharga
Kami akan songsong jenjang baru
Menyambut masa depan penuh suka cita


Puisi 3 :
              Hadiah Untuk Orangtua

Dari pagi hingga malam kau banting tulang
Selalu dalam keadaan lelah ketika pulang
Semua itu kau lakukan agar aku tetap sekolah
Pengorbananmu yang membuatku tergugah
Bukan uang atau barang mewah
Aku belum cukup umur untuk berikan itu
Tetapi yang pasti aku tak akan buang waktu
Semoga segala prestasiku dapat membuatmu bangga dan menjadi berkah
  

Puisi 4 :
              Juara Kelas

Jangan menyerah, kawan
Jadikan ini sebuah tantangan
Walau soal demi soal sulit terasa
Walau tugas demi tugas menguras pikiran dan tenaga
Kita harus tetap belajar dan berdo’a
Kita pasti bisa menjadi juara!


Puisi 5 :
              Demi Beasiswa

Buku demi buku telah aku baca
Tak akan aku lupa ilmu yang telah aku terima
Aku dan teman tak ada lagi waktu bermain bersama
Aku jalani tanpa sesal tetapi dengan gelora
Tak ingin aku buang kesempatan di depan mata
Demi masa depan cemerlang begitu menggoda
Kali ini aku ingin ringankan satu beban orangtua
Menggapai impian dengan beasiswa



Catatan : Puisi-puisi di atas pernah terpilih untuk berpartisipasi dalam Lokakarya Puisi Dwi Bulanan V yang diselenggarakan oleh FLP Jabedeboci (Jakarta, Bekasi, Depok, Bogor, Ciputat) di Sanggar Anak Jalanan, Bekasi.


BANDENG CABUT TULANG / MULOH TEUPEH-PEH.

Bahan : 
- 1 ekor ikan bandeng ukuran besar 
- 1 ons kentang rebus yang sudah dihaluskan 
- Garam secukup nya 

Bumbu dihaluskan : 
- Cabe rawit menurut selera 
- 1 ruas jahe 
- 1 siung bawang putih 
- 5 butir bawang merah 
- 2 buah asam sunti 

CARA : 
- Bersihkan ikan Bandeng dari sisik dan sirip, biarkan ekor-nya. 
- Pukul-pukul hingga lembek untuk ditarik tulang-nya melalui mulut ikan. 
- Keluarkan semua isi ikan. 
- Haluskan dan pisahkan dari semua durinya. 
- Aduk rata ikan halus dan bumbu. 
- Adonan tsb masukan kembali ke dalam ikan yg tinggal kulit nya tsb. 
- Ikan yg sudah berbentuk ikan kembali itu kemudian dipanggang hingga matang

- Sajikan di piring ceper, boleh dihias agar menambah selera

acar belanak

Acar Belanak 

Bahan : 

- 750 gr ikan belanak 
- 1 sdt garam 
- 2 sdm air jeruk 
- minyak goreng secukup nya 
- 6 butir bawang merah rajang 
- 4 buah cabe hijau rajang 
- 3 buah cabe merah rajang 
- 10 buah cabe rawit merah iris kasar 
- 1 cm jahe iris halus. 

Cara : 

Siangi belanak, bubuhi garam dan air jeruk, diamkan sekitar 20 menit. 
Goreng ikan dalam minyak panas dan banyak, hingga kering. Tiriskan. 
Tumis bawang merah hingga harum, masukan cabe hijau, cabe merah, 
dan cabe rawit, aduk hingga layu. Tambahkan jahe, sisa air jeruk, dan sisa 
garam, 
didihkan. Masukan ikan goreng masak sebentar dengan api besar.

nanggrowe aceh darusaalam


Nanggröe Aceh Darussalam adalah sebuah Daerah Istimewa setingkat provinsi yang terletak di Pulau Sumatra dan merupakan provinsi paling barat di Indonesia.


Daerah ini berbatasan dengan Teluk Benggala di sebelah utara, Samudra Hindia di sebelah barat, Selat Malaka di sebelah timur, dan Sumatra Utara di sebelah tenggara dan selatan.


Aceh mempunyai kekayaan budaya yang beraneka ragam yang menarik khususnya dalam bentuk tarian, kerajinan dan perayaan.
Di Propinsi Daerah Istimewa Aceh terdapat empat suku utama yaitu suku Aceh, Gayo, Alas dan Tamiang.
Suku Aceh merupakan kelompok mayoritas yang mendiami kawasan pesisir Aceh.
Orang Aceh yang mendiami kawasan Aceh Barat dan Selatan terdapat sedikit perbedaan kultural yang nampak nya banyak dipengaruhi oleh gaya kebudayaan Minangkabau. Hal ini mungkin karena nenek moyang mereka yang pernah bertugas diwilayah itu ketika berada di bawah protektorat kerajaan Aceh tempo dulu dan mereka berassimilasi dengan penduduk disana.
Suku Gayo dan Alas merupakan suku minoritas yang mendiami dataran tinggi di kawasan Aceh Tengah dan Aceh Tenggara.  Kedua suku ini juga bersifat patriakhat dan pemeluk agama Islam yang kuat.
Setiap suku tersebut memiliki kekhasan tersendiri seperti bahasa, sastra, nyanyian, tarian, musik dan adat istiadat.
Kebudayaan Aceh sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Islam. Tarian, kerajinan, ragam hias, adat istiadat, dll semuanya berakar pada nilai-nilai keislaman. Contoh ragam hias Aceh misalnya, banyak mengambil bentuk tumbuhan seperti batang, daun, dan bunga atau bentuk obyek alam seperti awan, bulan, bintang, ombak, dsb. Hal ini karena menurut ajaran Islam tidak dibenarkan menampilkan bentuk manusia atau binatang sebagai ragam hias.
Aceh sangat lama terlibat perang dan memberikan dampak amat buruk bagi keberadaan kebudayaannya. Banyak bagian kebudayaan yang telah dilupakan dan benda-benda kerajinan yang bermutu tinggi jadi berkurang atau hilang.

Aceh juga kaya sumber alam seperti minyak bumi dan gas Alam.
Sumber alam itu terletak di Aceh Utara dan Aceh Timur. Aceh juga terkenal dengan sumber hutannya, yang terletak di sepanjang jajaran Bukit Barisan, dari Kutacane, Aceh Tenggara, sampai Seulawah, Aceh Besar. Sebuah taman Nasional Gunung Leuser juga terdapat di Aceh Tenggara. 
 
by: blog aceh

ini dia panton, aceh barat daaya

 pantoonn haye
 airnya hjau
segar dan sejuk
alamiiii lagi
go to aceh barat daya yooks

pesona babah dua,banda aceh

 airnya nan hijau
 pasirnya yang putih
 keindahan pantai

 tempat tiduran nan nyaman
pantainya mempersona

gunongan


Gunongan merupakan sebuah bangunan peninggalan sultan Iskandar Muda (1608 - 1636) untuk pemainsurinya putri Phang.

Konon putri Phang rindu dengan  kampung halamannya pahang di malaysia yang di kelilingi perbukitan. Sultan Iskandar muda kemudian membuat bagunan gunongan buat putri phang menghabiskan waktunya ketika matahari akan tenggelam

pantai lhogga

                                                                                                                                                                                                                                                                         Pantai Lhoknga cukup indah dengan pasir putihnya dapat di gunakan sebagai tempat rekreasi buat berjemur, berenangmenyelam selancar, dan memancing.



Di sore hari pantai terasa semakin indah dengan meyaksikan matahari terbenam (sunset) yang sungguh mempersona.

Lonceng Cakradonya



Lonceng Cakradonya ini merupakan hadiah dari kerajaan cina yang dibawa oleh Laksamana, Ceng Ho kepada Sultan Aceh.

Lonceng ini sekarang berada di komplek Museum Aceh

Seulawah Cikal Bakal Penerbangan Republik Indonesia.



Jun 25, '08 5:49 PM
oleh . untuk semuanya
"Daerah Aceh adalah menjadi Daerah Modal bagi Republik Indonesia, dan melalui perjuangan rakyat Aceh seluruh wilayah Republik Indonesia dapat direbut kembali,"  (Soekarno)

Aceh telah mengorbankan segala-galanya untuk melahirkan Republik Indonesia, bagaikan seorang ibu bertaruh nyawa untuk meyaksikan anaknya terlahir selamat ke dunia. Aceh telah berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan Indonesia. Pesawat Seulawah yang dikenal sebagai RI-1 dan RI-2 merupakan bukti nyata dukungan totalitas yang diberikan Aceh dalam proses persalinan republik itu. Seulawah yang menjadi cikal--bakal Garuda Indonesia Airways, merupakan instrumen paling penting dan paling efektif dalam tahap-tahap paling awal perjuangan mempertahankan kemerdekaan. Dengan pesawat yang disumbangkan lewat pengumpulan harta pribadi rakyat Aceh inilah Indonesia berhasil menembus blokade tentara pendudukan kolonial. Seulawah-lah yang membawa tokoh-tokoh bangsa ke dunia internasional untuk membangun dan membina jaringan hubungan internasional yang menghasilkan pengakuan dan dukungan kepada Republik Indonesia dalam perjuangan menghalangi kembalinya kolonialisme di kawasan ini.

Aceh Mengapa Di Sebut Serambi Mekkah?



Negeri Aceh pada abad ke 15 M pernah mendapat gelar yang sangat terhormat dari umat Islam nusantara. Negeri ini dijuluki “Serambi Makkah” sebuah gelar yang penuh bernuansa keagamaan, keimanan, dan ketaqwaan. Menurut analisis pakar sejarawan, ada 5 sebab mengapa Aceh menyandang gelar mulia itu.

Pertama, Aceh merupakan daerah perdana masuk Islam di Nusantara, tepatnya di kawasan pantai Timur, Peureulak, dan Pasai. Dari Aceh Islam berkembang sangat cepat ke seluruh nusantara sampai ke Philipina. Mubaligh-mubaligh Aceh meninggalkan kampung halaman untuk menyebarkan agama Allah kepada manusia. Empat orang diantara Wali Songo yang membawa Islam ke Jawa berasal dari Aceh, yakni Maulana Malik Ibrahim, Sunan Ngampel, Syarif Hidayatullah, dan Syeikh Siti Jenar.

Kedua, daerah Aceh pernah menjadi kiblat ilmu pengetahuan di Nusantara dengan hadirnya Jami’ah Baiturrahman (Universitas Baiturrahman) lengkap dengan berbagai fakultas. Para mahasiswa yang menuntut ilmu di Aceh datang dari berbagai penjuru dunia, dari Turki, Palestina, India, Bangladesh, Pattani, Mindanau, Malaya, Brunei Darussalam, dan Makassar.

Ketiga, Kerajaan Aceh Darussalam pernah mendapat pengakuan dari Syarif Makkah atas nama Khalifah Islam di Turki bahwa Kerajaan Aceh adalah “pelindung” kerajaan-kerajaan Islam lainnya di Nusantara. Karena itu seluruh sultan-sultan nusantara mengakui Sulatan Aceh sebagai “payung” mereka dalam menjalankan tugas kerajaan.

Keempat, daerah Aceh pernah menjadi pangkalan/pelabuhan Haji untuk seluruh nusantara. Orang-orang muslim nusantara yang naik haji ke Makkah dengan kapal laut, sebelum mengarungi Samudra Hindia menghabiskan waktu sampai enam bulan di Bandar Aceh Darussalam. Kampung-kampung sekitar Pelanggahan sekarang menjadi tempat persinggahan jamaah haji dulunya.

Kelima, banyak persamaan antara Aceh (saat itu) dengan Makkah, sama-sama Islam, bermazhab Syafi’i, berbudaya Islam, berpakaian Islam, berhiburan Islam, dan berhukum dengan hukum Islam. Seluruh penduduk Makkah beragama Islam dan seluruh penduduk Aceh juga Islam. Orang Aceh masuk dalam agama Islam secara kaffah (totalitas), tidak ada campur aduk antara adat kebiasaan dengan ajaran Islam, tetapi kalau sekarang sudah mulai memudar.

Dari Berbagai Sumber*

Aneka Resep Masakan Khas Aceh























KANJI RUMBI
[Bubur Ayam a la Aceh]

Bahan :
- 1/4 Kg beras (cuci dan rendam),
- 1/2 ekor ayam cuci bersih,
- 250 gr udang rebus,
- Bawang goreng,
- Garam secukup nya.

Bumbu :
1 sdm ketumbar,
1 sdt merica,
1 sdt adas manis,
3 buah peka,
seruas jari kayu manis,
8 bawang merah,
1/2 ruas jari jahe,
1/2 buah biji pala.

semua bahan dihaluskan dan dibungkus dengan kain tipis.

Cara membuat :

Beras disangrai sampai kuning dan ditumbuk kasar.
Rebus ayam dan beras, hingga ayamnya empuk dan berasnya menjadi bubur.
Ayam empuk potong-potong bentuk dadu.
Kedalam rebusan bubur masukan bumbu yang sudah dibungkus, garam.
Setelah matang hidangkan dengan menabur ayam potong dadu,
udang rebus, dan bawang goreng.


GULAI KEPALA IKAN

Bahan :
- 3 buah kepala ikan kakap belah dua
- 1 buah jeruk nipis diperas
- 5 sdm minyak goreng
- 1 lbr daun kunyit
- 2 batang sereh dimemarkan
- 2 lbr daun jeruk
- 600 ml santan dari satu btr kelapa
- 5 buah cabe merah belah dua
- 5 buah cabe hijau belah dua
- 3 buah asam kandis

Haluskan :
- 10 butir bawang merah
- 4 siung bawang putih
- 1 sdt lada
- 5 butir kemiri sangrai
- 1 ruas laos
- 1 ruas kunyit
- 1 ruas jahe
- garam secukup nya.

Cara :
Lumuri ikan dengan air jeruk, sisihkan. Tumis bumbu halus.
Masukan daun kunyit, sereh, dan daun jeruk. Tuangkan santan dan didihkan
sambil diaduk.
Masukan ikan, cabe, asam kandis. Aduk rata. Masak dengan api kecil hingga
matang dan
kuah mengental.


PANGGANG UNGKOT BAWAL

Bahan :

* 1 ekor ikan bawal yang sedang besar nya
* 2 siung bawang putih haluskan
* penyedap
* kecap manis secukupnya
* 50 gr mentega.

Sambal :

Haluskan 6 cabe rawit haluskan, 2 sdm air jeruk nipis, dan
kecap secukup nya.

Cara :

- Bersihkan ikan,
- biarkan utuh,
- kerat kerat daging nya dan lumuri bawang putih, biarkan.
- Bungkus ikan dengan daun pisang, olesi dengan mentega lalu pangggang.
- Setelah matang olesi ikan dengan mentega.


PECAK IKAN AYAM - AYAM

Bahan :
- 2 ekor ikan ayam-ayam (boleh ikan rambeu) buang kulit nya kerat-kerat
kedua sisinya
- 1 buah jeruk nipis peras,
- 400 ml santan dari 1 btr kelapa
- 1 batang sereh memarkan
- 1 sdt garam,
- 2 sdm minyak goreng.

Haluskan :
- 6 btr bawang merah
- 2 siung bawang putih
- 1 ruas jahe
- 1 ruas kunyit
- 1 ruas lengkuas
- 2 bh cabe merah

Cara :
- Lumuri ikan dengan air jeruk dan garam. Tumis bumbu halus,
masukan sereh, tuang santan, masukan ikan kecilkan api, masak lagi
sekitar 10 menit. Angkat. Lalu bakar ikan sembari dibalik-balik dan
mengolesinya dengan bumbu.


URAP SAYUR ACEH

Bahan:

Kacang tanah, digoreng, ditumbuk
Daun singkong
Kacang panjang
Udang, rebus
Kelapa setengah muda [kelapa untuk urap], diparut
Cabe merah giling
Bawang merah
Bawang putih
Jahe
Asam sunti
Garam


Cara:

- Semua sayuran dicuci bersih, direbus, sisihkan.
- Bawang merah dan putih dan jahe digiling, aduk rata dengan parutan kelapa urab dan cabe merah, tambahkan udang rebus, giling sampai halus
- Masukan asam sunti dan garam
- Aduk rata dengan kacang tanah yang sudah ditumbuk
- sajikan dengan sayuran yang sudah disiapkan, bisa diaduk rata, bisa juga tidak.


RESEP MIE ACEH

BAHAN UTAMA:
Mie buatan Topaz, dan daging dipotong
kecil-kecil

BAHANTAMBAHAN:
Telur, tomat, wortel dan daun seledri.

BUMBU:
Bawang merah, bawang putih, cabai, lada,
garam, gula, kecap, kari powder dan dua sendok
minyak goreng.

CARA MEMBUAT:
Untuk Mi Kering,
mi direbus hingga
lembut, daging direbus
hingga matang
kemudian ditiriskan.
Semua bumbu dihaluskan,
kemudian
di gongseng dengan
minyak goreng.
Mi dan daging
dicampurkan dengan
bumbu dan digongseng
beberapa
menit dalam wajan.
Kemudian ditambahkan
kari powder, kecap dan
juga ditaburi lada cukup banyak. Setelah cukup
matang sampai sedikit kering dan muncul aroma harum, mi diletakkan dalam piring
dan ditaburi bawang goreng, ditambah irisan
telur, tomat, dan daun seledri serta emping
melinjo. Mi siap disajikan.
Untuk mi kuah, sama seperti mi kering namun
pada bunbu ditambahkan air 200 ml. Setelah
beberapa menit di gongseng, mi siap
disajikan.


CARA PENYAJIAN:
Untuk mi kering, daun seledri diletakkan dibawah
kemudian mi aceh
dan ditambahkan potongan
wortel, tomat dan
telur. Di atasnya ditambahkan
juga emping
melinjo.
Untuk mi kuah, mi
diletakkan dalam
mangkuk, kemudian ditambah
saus seledri,
potongan tomat, wortel dan telur.


KUAH SIE KAMENG

Bahan:
1 kg daging kambing bertulang, potong-potong
5 sdm minyak untuk menumis
4 butir bawang merah, iris tipis
2 siung bawang putih, iris tipis
500 g jeroan kambing yang sudah bersih, potong-potong
2 batang serai, memarkan
15 helai daun temurui/ salam koja*)
1 1/2 L santan dari 1 1/2 butir kelapa

Haluskan:
15 buah (200 g) cabai merah kering ataui 20 buah cabai merah segar
1 sdt garam
7 butir bawang merah
3 siung bawang putih
1/2 sdm kunyit cincang
1/2 sdm jahe cincang
2 sdm ketumbar sangrai
5 butir kemiri sangrai
1 sdt jintan sangrai
1 buah pekak sangrai
1/2 sdt adas sangrai
2 cm kayu manis
1/2 sdm merica butiran
2 butir kapulaga sangrai
3 butir cengkih sangrai
1 sdm kaskas sangrai**)

Cara membuat:
- Aduk rata daging kambing dan bumbu halus. Diamkan 10 menit, sisihkan.
- Panaskan minyak, tumis bawang me-rah dan bawang putih hingga harum.
- Masukkan daging kambing berhumbu, jeroan kambing, serai, dan salam koja. Aduk-aduk hingga bumbu harum dan daging berwarna keputihan.
- Tuangkan santan, masak hingga daging empuk dan kuah kental berminyak.Angkat, sajikan.

CUMI TEUTEMEH

Bahan :
500 gr cumi-cumi, potong bulat 2 cm, kerat salah satu sisinya
1 bh jeruk nipis, ambil airnya
800 ml santan
2 bh asam sunti
3 bh belimbing sayur
5 bh cabai rawit merah
5 bh cabai rawit hijau
Minyak untuk menumis
Haluskan :
6 bh bawang merah
2 siung bawang putih
4 bh cabai merah
1 cm kunyit
2 cm jahe
1 sdt lada
1 sdt garam


SIE REUBOH CUKA

Bahan :
250 gr daging sandung lamur, potong-potong
500 gr usus sapi rebus, potong-potong
½ sdt cabai bubuk
10 bh cabai rawit utuh
½ sdt kunyit bubuk
2 cm lengkuas memarkan
½ sdt cuka
1 sdt gula merah
½ sdt garam
750 ml air
Bumbu Halus :
6 bh cabai merah
4 siung bawang putih

GULAI UDEUNG

Ingredients:
-udang agak besar 1/2 kg, buang kepalanya
-daun jeruk 2 buah
-sere 1 buah
-santan kental 150 ml
-kentang 1 buah ukuran besar,
-cabe hijau 2 buah, iris memanjang
Bumbu:
-bawang merah haluskan 1 buah, besar
-bawang putih 3 buah, haluskan
-kunyit bubuk 1/2 tsp
-ketumbar bubuk 1/2 tsp
-jintan 1/4 tsp
-garam dan gula sebagai perasa
-jahe setengah iris, rajang kasar
-cabe merah atau sambal oelek 1 tsp


UNGKOT PANGGANG

bahan-bahan :
Ikan kakap merah 1 ekor ukuran sedang (dibersihkan)
Bawang putih 2 siung dihaluskan
jeruk nipis 1 buah ambil airnya
garam secukupnya
Minyak bekas menggoreng
bawang merah 4 sendok makan (untuk mengoles)
bahan sambal kecap :
Bawang merah 7 siung
cabai rawit 5 buah
Jeruk nipis 1 buah
ambil airnya garam secukupnya